Pada tahun 2015, Indonesia dikejutkan dengan bersandarnya kapal asing berisi para pencari suaka Rohingya di provinsi Aceh. Tak hanya Indonesia, Malaysia dan Thailand pun mengalami peristiwa yang sama. Para pencari suaka datang untuk mendapatkan suaka sementara akibat konflik negara yang mengancam keberlangsungan hidup dari suku Rohingya di Myanmar. Penolakan yang diberikan Indonesia memunculkan berbagai reaksi dari dalam maupun luar negeri. Meresponi hal itu, Indonesia pun turut serta dalam sebuah pertemuan bersama dengan Malaysia dan Thailand untuk membahas mengenai krisis ini. Akhirnya, ada perubahan kebijakan Indonesia yang terjadi setelah pertemuan tersebut berlangsung. Perubahan kebijakan luar negeri ini akan diteliti lebih lanjut dengan menggunakan teori Foreign Policy Change yang dirumuskan oleh Eidenfalk untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi foreign policy-maker(s) dalam memutuskan kebijakan luar negerinya. Penelitian ini akan menggunakan metode eksplanatif-kualitatif untuk menganalisis momentum Indonesia dalam perubahan kebijakannya. Penelitian ini menemukan bahwa sumber-sumber perubahan domestik dan internasional memberikan pengaruh pada pengambilan kebijakan Indonesia terhadap penerimaan pencari suaka etnis Rohingya sehingga dapat dilakukannya suatu perubahan kebijakan melalui momentum jendela kesempatan.